BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bawang
merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) adalah sejenis tanaman yang menjadi
bumbu berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Orang Jawa mengenalnya sebagai
brambang. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah umbi, meskipun beberapa
tradisi kuliner juga menggunakan daun serta tangkai bunganya sebagai bumbu
penyedap masakan. Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia Tengah dan Asia
Tenggara.
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk
tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal
tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang
berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi
dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga
sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah
sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga
buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji.Buah berbentuk
bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Bawang merah
mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu, bawang merah
juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga mengandung zat pengatur
tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin. Kegunaan lain bawang merah
adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena
mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim
alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai
anti mikoba yang bersifat bakterisida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori
Ciri-ciri Bawang Merah
Tumbuhan ini terdiri dari akar, daun, batang, dan
bunga.
1.
Ciri-ciri akar:
berakar serabut dengan sistem perakaran dangkat dan bercabang terpencar,
akarnya biasanya menancap pada kedalaman 15-30 cm di bawah tanah.
2.
Ciri-ciri
batang: memiliki batang dengan bentuk menyerupai cakram, tipis, dan pendek.
Bentuk seperti ini berguna untuk titik tumbuh atau sebagai tempat melekat
perakaran dan mata tunas.
3.
Ciri-ciri daun:
memiliki bentuk seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang sekitar 50-70 cm,
memiliki lubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda atau pun hijau
tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya pendek.
4.
Ciri-ciri bunga:
tangkai daun keluar dari ujung tanaman dan panjangnya sekitar 30-90 cm, dan di
ujung biasanya terdapat d0-200 kuntum bunga yang tersusun bulat atau melingkar
seolah membentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga
yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau kekuning-kuningan, dan 1
putik sebagai bakal buah yang terbentuk segitiga.
Tanaman ini awalnya berasal dari Asia tenggara,
tetapi saat ini tanaman bawang merah bisa ditanam di seluruh dunia. Di
Indonesia sendiri tanaman bawang merah merupakan salah satu tanaman yang
dibudidayakan di berbagai daerah. Bahkan, di daerah Cikajang, Garut tiap rumah
memiliki tanaman satu ini.
Jenis
bawang merah terbagi dalam dua jenis yakni bawah merah lokal dan bawang merah
non-lokal. Bawang merah lokal kebanyakan terdapat di pulau jawa, jenis bawang
merah lokal juga terbagi kembali ke dalam beberapa jenis, enam di antaranya
adalah: bawang Bima Curut, bawang Sidapurna, bawang Tablet, bawang Darkonah,
bawang Sirad, dan bawang Juna. Keenam jenis bawang merah lokal tersebut
memiliki ciri khusus yang berbeda-beda, tetapi secara umum ciri-cirinya sama
dengan ciri-ciri di atas. Sedangkan bawang
merah non-lokal yaitu bawang merah yang berasal dari Philipina dan Thailand.
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
3.1
Syarat tumbuh bawang merah
Ada 2 hal yang harus diperhatikan untuk memulai
budidaya tanaman bawang merah, diantaranya adalah faktor tanah dan iklim.
Tanah
Tanaman
bawang merah biasanya lebih bisa tumbuh pada tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung bahan-bahan berjenis
organik seperti tanah lempung berdebu atau lempung berpasir. Yang terpenting
jenis tanah tersebut harus mempunyai struktur bergumpal dan keadaan air
tanahnya tidak menggenang (stagnasi). Oleh karena itu pada daerah lahan yang
sering tergenang atau daerah lahan yang becek harus dibuat saluran pembuangan
air (drainage) yang baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5. Dalam
beberapa pustaka lain dikatakan bahwa pH tanah yang baik untuk tanaman bawang
Bombay antara 6-7. Pada pH tanah yang asam (kurang dari 5,5) garam Aluminium
(Al) yang terlarut dalam tanah akan bersifat racun, hingga tumbuhnya bawang tersebut
akan kerdil. Sedangkan tanah basis (pH lebih tinggi dari 6,5) garam Mangan (Mn)
tidak dapat diserap (digunakan) oleh tanaman bawang, hingga umbinya kecil dan
hasilnya rendah. Pada tanah gambut (pHnya lebih rendah dari 4) memerlukan
pangapuran terlebih dahulu supaya umbinya besar.
Iklim
Pada
umumnya tanaman bawang merah tidak tahan terhadap curah hujan yang lebat. Oleh
karena itu lebih baik diusahakan pada musim kemarau, asalkan ada pengairan.
Tanaman tidak senang pada daerah yang berkabut dan yang berangin kencang atau
taifun, tetapi lebih senang terhadap tiupan angin sepoi-sepoi.
Di daerah Cirebon dan sekitarnya tanaman bawang
menjadi lebih baik, karena adanya tiupan angin kumbang yang bersifat
sepoi-sepoi yang datang dari gunung. Pada musim hujan atau daerah yang
berkabut, tanaman akan mengalami serangan penyakit yang berat. Suhu udara yang
baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah antara 25-32° C dengan iklim
kering. Hal ini hanya didapat di daerah dataran rendah. Tetapi untuk bawang
Bombay suhu udara yang baik adalah antara 18-20°C, yakni di dataran tinggi
lebih dari 800 meter di atas permukaan laut dengan iklim lembab (kelembaban
udara relatif 80-90%).
Walaupun demikian bawang merah dapat ditanam di
dataran tinggi dan sebaliknya bawang Bombay dapat ditanam di dataran rendah,
hanya hasil umbinya lebih kecil. Di dataran tinggi umur tanaman bawang merah
menjadi lebih panjang antara 0,5 - 1 bulan. Tanaman bawang merah lebih
menghendaki daerah yang terbuka, dengan penyinaran ± 70%. Apabila terlindung
umbinya kecil. Sebetulnya bawang merah dan bawang Bombay termasuk ke dalam
golongan yang pembentukan umbinya membutuhkan penyinaran hari panjang (lebih
dari 14 jam sehari). Akan tetapi, ia toleran terhadap hari netral dengan
panjang penyinaran 12 jam, walaupun hasil umbinya lebih rendah daripada ditanam
di daerah yang berhari panjang.
3.2
Media Tanam
Salah
satu jenis komoditas hortikultura yang sangat kita butuhkan adalah Bawang merah
yang memiliki nama latin Allium cepa. Tanaman ini bisa tumbuh di berbagai
tempat, namun lebih menyukai daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 – 400 di
atas permukaan laut, serta akan tumbuh dengan sempurna pada ketinggian 0 – 30
meter di atas permukaan laut.
Tanaman bawang merah sangat suka daerah yang
memiliki iklim kering dengan sinar matahari yang cukup dan suhu udara agak
panas, yakni antara 250-320 C.
Jika ditanam pada suhu kurang dari 220 C, meski
dapat tumbuh dengan baik namun sulit untuk dapat membentuk umbi. Sedang untuk
kondisi tanah yang paling cocok bagi tanaman bawang merah, adalah tanah yang
subur, gembur, serta mengandung banyak humus atau bahan organic. Disamping itu,
tanah yang menjadi media untuk tumbuh juga harus memiliki sirkulasi udara yang
baik, dapat mengalirkan air dengan mudah dan tidak becek. Berikut beberapacara
menanam bawang merah yang baik :
1. Tahap Penanaman
Agar dapat menghasilkan umbi dengan kuantitas dan
kualitas yang baik, diperlukan teknik penanaman yang tepat, yang meliputi:
waktu tanam, pemilihan bibit, pengolahan tanah, teknik menanam, penyiraman,
penyiangan dan penggemburan tanah, pemupukan, serta pengendalian hama dan
penyakit.
2. Waktu tanam
Waktu ideal untuk menanam bawang merah adalah pada
musim kemarau. Tetapi karena untuk pertumbuhannya membutuhkan banyak air, maka
harus dilengkapi dengan system pengairan yang baik, agar tanaman tidak
kekurangan air dan juga tidak becek. Lakukan penanaman pada saat cuaca sedang
cerah. Jangan melakukan penanaman pada saat pancaroba atau pergantian musim,
karena ketika itu sering terjadi angin kering. Akibat yang ditimbulkan dari
angin kering, akan membuat daun tanaman patah dan ujung-ujung daun seperti
terbakar. Pada saat berkabut juga tidak baik untuk menanam bawang merah, karena
udara berkabut dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh jamur.
3. Pemilihan bibit
Bibit bawang merah yang baik, adalah bibit yang
telah di simpan selama 2-3 bulan, dan berasal dari tanaman yang dipanen pada
usia 70 – 90 hari. Karena pada umur tersebut umbi yang dijadikan sebagai bibit
telah memiliki titik-titik tumbuh akar. Umbi bakal bibit tersebut juga harus
berasal dari tanaman yang sehat dengan ciri-ciri: terlihat cerah, segar, tidak
kisut, dan tidak terdapat warna hitam yang menjadi tanda adanya serangan
penyakit yang di sebabkan jamur.
Jangan menggunakan umbi yang terlalu kecil untuk
bibit, karena bibit berukuran kecil akan membuat pertumbuhan tanaman kurang
baik serta hasil yang sedikit. Umbi tersebut juga harus berukuran seragam,
tidak terdapat luka, atau tidak sobek pada kulitnya. Sebelum dilakukan penanaman,
bagian ujung umbi terlebih dahulu dipotong sekitar 1/3 – ¼ bagian dari panjang
umbi. Sedang kulit luar bibit yang mengering dan sisa-sisa akar dibuang. Tujuannya
agar pertumbuhan umbi merata, merangsang tumbuhnya tunas dan pertumbuhan
tanaman itu sendiri, serta merangsang pertumbuhan umbi samping, dan mendorong
terbentuknya anakan. Untuk mencegah terjadinya pembusukan, sebelum ditanam,
luka bekas pemotongan pada umbi harus dikeringkan dahulu. Sedang untuk
perkiraan jumlah bibit, untuk satu hektar lahan dibutuhkan sekitar 600-800 kg
bibit.
4. Pengolahan tanah
Tujuan dari pengolahan tanah adalah untuk
menggemburkan, menghilangkan tanaman pengganggu, serta membuat sistem
penyerapan air. Pengolahan tanah ini dilakukan sebelum proses penanaman.
Caranya dengan menggemburkan tanah menggunakan cangkul, bajak, atau traktor
jika lahan yang akan ditanami terbilang cukup luas.
Selanjutnya, dibuat bedengan-bedengan dengan
menempatkan parit di antara bedengan tersebut.. Fungsi parit adalah sebagai
tempat air masuk dan tempat untuk membuang air yang berlebihan. Lebar bedengan
sekitar 100-120 cm, sedang ukuran parit sekitar 30-35 cm dengan kedalaman 30-40
cm. Untuk panjang bedengan dan panjang parit sudah barang tentu disesuaikan
dengan luas lahan. Menjelang penanaman, tepatnya seminggu sebelumnya, tanah
bedengan harus diberi pupuk dasar, yakni pupuk kandang atau kompos, serta
diratakan. Tepat sehari sebelum proses penanaman, lahan diairi secukupnya
sehingga siap untuk ditanami.
5. Teknik menanam
Untuk menanam bawang merah, bedengan yang telah
disiapkan di beri lubang-lubang kecil dengan kedalaman kurang lebih sama dengan
sama dengan bibit yang akan ditanam. Jarak tanam sekitar 15 x 15 cm atau 15 x
20 cm. Selanjutnya, umbi bibit dimasukan ke dalam lubang dengan meletakkan
bagian ujung pada sisi atas.
Jangan menanam bibit terlalu dalam, karena
mempermudah pembusukan. Ujung umbi sebaiknya ditutup sedikit dengan tanah,
sebab jika tanah yang menutupi terlalu tebal, akan dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Setelah proses penanaman selesai, bedengan disiram dengan air.
- Penyiraman
Tanaman bawang merah harus disiram setiap hari
sampai daun pertama tumbuh. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yakni pada
pagi dan sore hari. Penyiraman baru dapat dilakukan sehari sekali jika tanaman
bawang merah sudah berumur 50 hari. Ketika menyiram tanaman bawang merah
sebaiknya tidak terlalu basah, karena mengakibatkan tanah bisa menjadi padat
dan berdampak pada terganggunya pertumbuhan tanaman, serta terjadinya
pembusukan.
- Penyiangan dan penggemburan tanah
Seperti halnya tanaman-tanaman lain, bawang merah
juga harus disiangi untuk membuang semua gulma. Penyiangan dengan cara
mencabuti gulma dengan menggunakan tangan maupun alat bantu harus dilakukan
secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman bawang merah. Selama masa
pertumbuhan bawang merah, penyiangan pada umumnya dilakukan dua kali.
Penyiangan pertama ketika tanaman masih berumur 2 – 4 minggu, sedang penyiangan
kedua dilakukan ketika tanaman berumur 5 – 6 minggu. Untuk frekuensi penyiangan
sendiri tergantung pada pertumbuhan gulma.
- Pemupukan
Pupuk untuk bawang merah bisa menggunakan pupuk
alami maupun buatan. Pemupukan dilakukan dalam dua tahap, yakni sebelum
penanaman, dan setelah penanaman. Pemupukan tahap pertama seringkali menggunakan
pupuk kandang atau kompos sebanyak 10 – 15 ton per hektar.
Maksud pemberian pupuk alami sebelum penanaman
adalah agar struktur tanah tidak mudah memadat. Selain itu juga untuk
menyuburkan tanah, serta meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air.
Sedang untuk pupuk susulan diberikan dengan cara membenamkan pada tanah dengan
jarak 10 cm dari tanaman atau menaburkannya diantara baris tanaman.
6. Pengendalian hama dan penyakit
Jenis hama yang menyerang tanaman bawang merah
adalah ulat daun dan cendawan, kedua jenis hama ini menyebabkan ujung daun
terpotong dan daun terkulai. Sedang ulat dapat merusak umbi yang disimpan di
gudang. Pencegahan hama dapat dilakukan dengan menggunakan obat pembasmi
serangga Bayrusil 250 EC atau Azodrin 15 WSC. Dosisnya: 2 ml/l air.
Untuk penyakit yang menyerang tanaman bawang merah
adalah bercak ungu yang disebabkan oleh jamur. Gejala yang terlihat dari
penyakit ini adalah adanya bercak-bercak putih kelabu pada daun yang kemudian
berubah menjadi cokelat dan mengering. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan
dengan menyemprot tanaman bawang merah menggunakan Difolatan 4F.
7. Proses Panen
Ciri-ciri tanaman bawang merah yang sudah layak
untuk dipanen adalah setelah batang lemas atau roboh, normalnya ini terjadi
pada usai tanam 60 sampai dengan 90 hari namun semua tergantung dari media
lahan, cara tanam dan perawatan.
Lalu ciri lainnya adalah bentuk umbi yang sempurna,
sebagian sudah nampak di permukaan tanah, umbi sudah berwarna merah tua atau
keunguan dan berbau khas bawang merah. Setelah di panen bawang merah harus di
jemur selama seminggu atau dua minggu, agar buah menjadi tahan lama. Setelah
siap lalu bawang merah disimpan dalam karung jala-jala dengan suhu sekitar
30-33 °C.
3.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bawang merah
Keadaan
muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula
melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
Banyak sedikitnya awan dan ketebalan awan
mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, maka akan semakin sedikit pula panas yang diterima
bumi.
Tekanan Udara
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan
iklim yang lain adalah tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang
timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap
tempat pada suatu saat berubah-ubah. Makin tinggi suatu tempat dari permukaan
laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan karena makin
berkurangnya udara yang menekan. Besarnya tekanan udara diukur dengan barometer
dan dinyatakan dengan milibar (mb). Tekanan udara dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu:
1) Tekanan
udara tinggi, lebih dari 1013 mb.
2) Tekanan
udara rendah, kurang dari 1013 mb.
3) Tekanan
di permukaan laut, sama dengan 1013 mb.
Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim.
Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah
bertekanan udara rendah. Ada beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui
tentang angin, yaitu meliputi:
a)
Kecepatan Angin
b) Kekuatan
Angin
c) Arah
Angin
d)
Macam-macam Angin
Kelembaban Udara
Unsur keempat yang dapat berpengaruh terhadap cuaca
dan iklim di suatu tempat adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah
banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat
tertentu. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut psychrometer atau
hygrometer. Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi 2bagian, yaitu:
1.
Kelembaban
mutlak atau kelembaban absolut, yaitu kelembaban yang menunjukkan berapa gram
berat uap air yang terkandung dalam satu meter kubik (1 m3) udara.
2.
Kelembaban nisbi
atau kelembaban relatif, yaitu bilangan yang menunjukkan berapa persen
perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara dan jumlah uap
air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tsb.
Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada
suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan
disebut Rain Gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan.
Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Bentuk
medan atau topografi;
2) Arah
lereng medan;
3) Arah
angin yang sejajar dengan garis pantai; dan
4) Jarak
perjalanan angin di atas medan datar.
Radiasi Matahari
Radiasi
surya (surya = matahari) adalah merupakan sumber energi utama untuk
proses-proses fisika atmosfer yang
menentukan keadaan cuaca dan iklim di atmosfer bumi. Radiasi matahari adalah
factor essensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya memegang peranan
penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan
transpirasi. Di dalam hal ini, matahari berfungsi sebagai mengatur fotosintesis
pada tanaman dan mendorong evapotranspirasi. Sedangkan untuk lahan itu sendiri,
matahari berfungsi sebagai penaik suhu permukaan lahan dan membantu evaporasi.
Cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan daun
dan transpirasi.
Ada 3 hal yang menentukan besarnya Radiasi Matahari
ke Bumi, yaitu:
n Sudut
datang matahari (dari suatu titik tertentu di bumi) atau dapat disebut juga
sebagai jarak dari Matahari ke Bumi
n Panjang
hari
n Keadaan
atmosfer (kandungan debu dan uap air) atau dapat juga disebut dengan intensitas
radiasi matahari. Hal ini tergantung kepada jumlah, tipe, dan tebal awan yang
menghalangi lintasan atau sinaran radiasi matahari.
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah
maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut
(dpl). Meskipun demikian, ketinggian optimalnya adalah 0 – 400 m dpl saja.
Secara umum, tanah yang tepat ditanami bawang merah
ialah tanah yang bertekstur remah, sedang sampai liat, berdrainase baik,
memiliki bahan organik yang cukup, dan pH-nya antara 5,6 – 6,5.
Pada tanah-tanah yang becek, pertumbuhan tanaman
bawang merah akan kerdil dan sering menyebabkan umbi-umbinya mudah menjadi
busuk. Di samping itu, tanaman ini sangat tanggap (responsif) terhadap pH
tanah. Bila pH kurang dari 5,5, pertumbuhan tanaman akan kerdil karena
keracunan garam-garam Aluminium (Al). Sebaliknya, bila pH di atas 6,5 garam
Mangan (Mn) tidak dapat diserap tanaman, sehingga umbinya kecil-kecil dan
hasilnya menjadi rendah.
Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim
kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah (suhu antara 25o – 32o C).
Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut, dan angin yang sepoi-sepoi dan tidak
terlalu kuat. Suhu yang paling baik jika suhu rata-rata tahunannya 30o C. Angin
merupakan faktor iklim yang juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman bawang merah. Angin kencang yang berhembus terus-menerus secara
langsung menerpa tanaman bawang merah akan dapat menyebabkan kerusakan tanaman
karena sistem perakaran yang terjadi pada tanaman bawang merah yang sangat
dangkal.
Tanaman bawang merah itu sendiri sangat rentan
terhadap curah hujan tinggi. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
bawang merah adalah antara 300 – 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara (nisbi) yang
sesuai adalah antara 80 – 90 %. Intensitas sinar matahari penuh, lebih dari 14
jam/hari. Oleh sebab itu, tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh.
3.4
Pemupukan
Pemupukan pada bawang merah sangat dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman dan produksi umbi yang lebih baik. Namun
pemupukan tidak perlu diberikan secara berlebihan karena pupuk akan terbuang
dengan percuma.
DOSIS PUPUK:
Dosis
pupuk untuk bawang merah yang dapat dianjurkan pada jenis tanah aluvial,
seperti daerahBanyuanyar, Probolinggo maupun Sidokare-Rejoso, Nganjuk seperti
berikut :
·
Pupuk dasar
menggunakan 10 t/ha pupuk kandang dan SP 36 200 kg/ha yang diberikan 7 hari
sebelum tanam.
·
Pemupukan
susulan menggunakan pupuk urea 200 kg/ha, ZA 450 kg/ha dan KCl 200 kg/ha yang
diberikan dua kali pada saat tanaman berumur 15 hari dan 30 hari setelah tanam
·
Pemupukan juga
dapat menggunakan NPK sebanyak 75 kg/ha dan ZA sebanyak 100 kg/ha pada 15 hari
sebelum tanam. Pemupukan kedua dengan KCl 100 kg/ha dan urea sebanyak 300 kg/ha
·
Cara pemupukan
dengan meletakkan pada larikan di sekitar tanaman, kemudian ditutup dengan
tanah.
Pemberian pupuk pelengkap yang banyak beredar di
pasar sebenarnya kurang bermanfaat bagi peningkatan pertumbuhan dan produksi
bawang merah. Namun pupuk pelengkap tersebut hanya sebagai tambahan nutrisi
pelengkap karena pada umumnya mengandung unsur mikro. Untuk tanaman bawang
merah, unsur mikro kurang diperlukan karena tanaman bawang merah berumur pendek
yaitu sekitar 60-70 hari. Sedangkan unsur mikro proses pelarutannya dan
penyerapan oleh tanaman lama sehingga lebih sesuai bagi tanaman sayuran yang
berumur panjang seperti cabai atau tomat.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dalam penanaman bawang merah yang harus diperhatikan
adalah kondisi tanah dan iklim, dimana kadar pH tanah berpengaruh penting dalam
pertumbuhan bawang merah. Juga dalam pemberian pupuk yang dianjurkan
menggunakan pupuk alami dengan tujuan agar tanah tidak mudah memadat. Semua itu
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan umbi pada bawang merah.
JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI
BalasHapusHUBUNGI KONTAK Kami
BBM : D8E23B5C
WHAT APPS : +85581569708
LINE : togelpelangi
WE CHAT : togelpelangi
LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET
Ayo coba keberuntungan anda
jutaan rupiah menunggu anda
sangat membantu kak infonya
BalasHapusresep membuat sosis gulung mie