Tanaman jagung sudah lama diusahakan petani Indonesia dan
merupakan tanaman pokok setelah padi. Penduduk kawasan timur Indonesia seperti
Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagian maluku, dan Irian Jaya sudah biasa
menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Produksi jagung Indonesia
sebagian besar berasal dari pulau Jawa (± 66%) dan sisanya berasal darp
propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra
Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis
agribisnis. Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan,
industri pakan ternak dan bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan. Kendala
dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara
lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang
tanaman jagung adalah ulat penggerek batang jagung, kutu daun, ulat daun, ulat
penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, ulat tanah. Sedangkan Bulai,
Karat, penyakit gosong, penyakit busuk tongkol adalah penyakit yang sering
muncul di tanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.Upaya
pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan menggunakan pestisida atau
bahan kimia lainnya yang tidak ramah lingkungan. Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) yang mengintegrasi komponen pengendalian yang selaras terbukti tidak
hanya meningkatkan produksi jagung tetapi juga pendapatan petani. Sistim PHT melibatkan
semua komponen yang berpeluang untuk menekan atau mencegah hama untuk mencapai
ambang batas populasi merusak secara ekonomi (economic injury level/economic
threshold) (Wilson, 1990)
Tujuan
1.
Mengetahui masalah pada tanaman jagung.
2.
Mengetahui jenis hama dan penyakit di
ekosistem tanaman jagung.
3.
Mengetahui cara pengendalian dari hama
dan penyakit pada tanaman jagung.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan
dunia yang terpenting, selain padi dan gandum. Sebagai sumber karbohidrat
utama, di Amerika Tengah dan selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber
pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di
Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji
yang dikenaln dengan istilah tepung jagung maizena), dan bahan baku
industri(dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan
pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfual. Jagung yang telah
direkayasa genetika juga sekarang ditanaman sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), yaitu letak bunga jantan
terpisah dengan bunga betina dalam satu tanaman. Dalam taksonominya jagung
termasuk dalam ordo Tripsaceae, famili
Poaceae, sub famili Panicoideae, genus Zea, dan spesies Zea mays L,
(Muhadjir, 1988).
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan
rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit.
Hama yang sering dijumpai menyerang tanaman jagung adalah ulat penggerek batang
jagung, kutu daun, ulat daun, ulat penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit,
ulat tanah. Sedangkan Bulai, Karat, penyakit gosong, penyakit busuk tongkol
adalah penyakit yang sering muncul di tanaman jagung dan dapat menurunkan
produksi jagung.
(Ordo : Lepidoptera,
Famili : Noctudiae)
Ngengat aktif
malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur imago/ngengat
dewasa 7 – 11 hari.
Telur
diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam antara
30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur
telur 3-4 hari. Ngengat betina lebuh menyukai meletakkan telur pada tanaman
jagung yang tinggi dan telur diletakkan pada permukaan bagian bawah daun
utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari.
Larva, larva yang
baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva
muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek
batang, umur larva 17-30 hari.
Pupa biasanya
terbentuk di dalam batang, berwarna cokelat kemerahan, umur pupa 6-9 hari.
Gejala serangan
Larva O.
Furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian tanaman
jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan
atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang
rusak.
Pengendalian
a) Kultur teknis
- Waktu
tanam yang tepat.
- Tumpang
sari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
-
Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).
b) Pengendalian hayati
Pemanfaatan
musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid tersebut dapat
memarasit telur O. furnacalis. Predator
Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. Furnacalis. Bakteri Bacillus
thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. Furnacalis, Cendawan sebagai
entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae
mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
c) Pengendalian kimiawi
Penggunaan
insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan
karbofuran efektif untuk menekan penggerek batang jagung.
(Ordo :
Lepidoptera, Famili: noctuidae)
Ngengat dengan
sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang
berwarna keputihan, aktif pada malam hari.
Telur berbentuk
hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis),
warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25-500 butir)
tertutup bulu seperti beludru.
Larva mempunyai
warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi
coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat menyerang tanaman
pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang
lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam
jumlah besar.
Pupa. Ulat
berkepompong dalam tanah , membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna
coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
Siklus hidup berkisar
antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 5
instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).
Gejala serangan, larva
yang masih kecil merusak daun yang menyerang secara serentak berkelompok.
Dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal
tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya
terjadi pada musim kemarau.
Tanaman inang, hama ini
bersifat polifag, selain jagung ulat grayak juga menyerang tomat, kubis, cabai,
buncis, bawang merah, terung, kentang kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk,
pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp, dll.
Pengendalian
a) Kultur teknis
-
Pembakaran tanaman
-
Pengolahan tanah yang intensif.
b) Pengendalian fisik / mekanis
-
Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya.
-
Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar
atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak tanaman berumur 2
minggu.
c) Pengendalian Hayati
Pemanfaatan
musuh alami seperti : patogen SI-NPV (Spodoptera litura- Nuclear Polyhedrosis
Virus), Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea
rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda
Steinernema sp,. Predator Sycanus sp,. Andrallus spinideus, Selonepnis
geminada, parasitoid Apanteles sp.,
Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
d) Pengendalian Kimiawi
Beberapa
insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon,
khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril.
Imago, lama
hidup serangga dewasa bervariasi antara 5 – 23 hari dimana betina hidup dua
kali lebih lama daripada jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang dan
sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan
tanah. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mm – 4,5 mm.
Telur imago
betina mulai meletakkan telur 3 – 5 hari setelah kawin dengan jumlah telur 7 –
22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama 3 – 7
hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang diletakkan dibawah
permukaan daun.
Larva terdiri
dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi
kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas melubangi batang yang
kemudian membuat terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning
dan akhirnya mati.
Pupa terdapat
pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa 12 hari pada
pagi atau sore hari. Pu parium
berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat dengan ukuran panjang 4,1 mm.
Pengendalian
a) Pengendalian hayati
Parasitoid yang memarasit telur
adalah Trichogramma spp, dan parasit larva adalah Opius sp. Dan Tetrastichus
sp. Predator Clubiona japonicola yang merupakan predator imago.
b) Kultur teknis dan pola tanam
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya
selama 1 – 2 bulan pada musim hujan, maka dengan mengubah waktu tanam,
pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi, tanaman dengan tanaman bukan
padi, dengan tanam serempak serangan dapat dihindari.
c) Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih yang
tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1 (S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44,
MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galur-galur jagung QPM kuning yang tahan terhadap
serangan hama ini adalah MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
d) Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida
dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing), yaitu thiodikarb dengan
dosis 7,5-15g b.a./kg benih atau karbofuran dengan dosis 6g b.a./kg benih.
Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan
karbosulfan dengan dosis 0,2kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha.
Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik.
Gejala
Gejala
penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih sampai
kekuningan
diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada pagi hari di
sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari
konidiofor dan konidium jamur.
Penyakit
bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh
bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi
bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk
terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya
tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih
terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Penyebab
Penyakit
bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora
maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan
Peronosclerospora sorghii hanya
ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu Malang Jawa Timur.
Cara pengendalian
·
Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo,
Srikandi, Lamuru dan Gumarang
·
Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal
dua minggu sampai satu bulan
·
Penanaman jagung secara serempak
·
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai
·
Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung
(perlakuan benih) dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih.
Gejala
Penyakit
bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu
ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2_1,9) Cm. Ras T
bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm, berbentuk kumparan
dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat
kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan pada bibit
jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah
tanam. Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol
dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun,
pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol).
Permukaan
biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga
dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan
spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman.
Gejala :
Pada awal
infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin
memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar,
warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak muncul
awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi
berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini
tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam
bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
Cara pengendalian
·
Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14,
Semar 2 dan 5
·
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
·
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan
dithiocarbamate.
Jagung memiliki peranan penting
dalam industri berbasis agribisnis. Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan
baku industri pangan, industri pakan ternak dan bahan bakar.
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung
antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai
menyerang tanaman jagung adalah ulat penggerek batang jagung, kutu daun, ulat
daun, ulat penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, ulat tanah. Sedangkan
Bulai, Karat, penyakit gosong, penyakit busuk tongkol adalah penyakit yang
sering muncul di tanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.Upaya
pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan menggunakan pestisida atau
bahan kimia lainnya yang tidak ramah lingkungan. Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) yang mengintegrasi komponen pengendalian yang selaras terbukti tidak
hanya meningkatkan produksi jagung tetapi juga pendapatan petani.